Dua pria separuh baya terlihat menunduk asyik menatap meja wood chess or wood chess set, tepatnya ke papan bergaris yang membentuk 64 kotak lengkap dengan 32 benda bulat bertuliskan berbagai karakter china. Raut wajah mereka serius karena dalam diam mereka menghitung strategi untuk langkah yang mematikan lawan. Pada meja-meja lain, kegiatan yang sama juga sedang berlangsung.
Masyarakat tionghoa menyebut catur ini sebagai xiangqi atau catur gajah. Permainan catur gajah ini bukan sekadar olahraga tapi juga merupakan budaya tionghoa yang sudah ada turun temurun. Dalam xiangqi papan permainan mempunyai kotak yang sedikit berbeda dengan catur yang biasa (catur internasional). Demikian pula dengan buah caturnya.
Jika dalam catur biasa buah catur berbentuk sesuai dengan peran, maka catur gajah menggunakan buah catur di wooden chessboard dalam bentuk bulat. Di atas buah catur itu dituliskan karakter china yang berbeda sesuai peran. Bermain xiangqi seperti membayangkan sedang berperang apalagi di papan permainan ini dua istana, istana dari 16 buah catur berwarna merah dan hitam, dibelah oleh sungai.
Tak seperti buah catur pada wood chess board atau wooden chessboard yang biasa dimainkan oleh utut adianto, catur gajah ini menggunakan beberapa binatang untuk menjaga istana, tak ketinggalan meriam. Buah-buah catur itu adalah jiong (raja), shi (menteri), xiang (gajah), ma (kuda), ci (benteng) pau (meriam), dan zu (bidak/pion). Posisi raja terlindung aman di dalam kotak (istana) didampingi dua menteri, dua gajah, dua kuda, dan dua benteng. Dua meriam menghadang di luar istana sedangkan lima pion siap mati di posisi terdepan, tak jauh dari sungai. Jika pada catur biasa pemain memainkan bidak di dalam kotak maka pada wooden chess gajah, mengikuti garis.
waspadai para penjual kucing anggora murah
11 tahun yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar